Oleh: Firdaus
Kawan. Aku bahagia ketika dapat kabar kau sudah kembali ke kampung kita. Aku senang karena kau sudah pulang. Aku bangga karena kau adalah teman lama yang membanggakan. Kau pulang untuk menemui saudara-saudaramu.
Kita memang belum sempat berjumpa, aku belum sempat menemuimu. Kamu juga belum menemuiku. Aku tahu kalau kamu begitu sibuk. Sangat sibuk, malah. Aktivitasmu sangat bertumpuk.
Dua hari lalu, aku jumpa Suara, sahabat kita yang tinggal sudut kampung. Kamu masih ingat dia-kan? Suara banyak membantumu lima tahun lalu. Kemudian ia mengantarkanmu duduk menjadi orang terhormat di ibukota.
Kepadaku Suara mengabarkan, ia sudah bertemu kamu sebulan lalu. Katanya, kamu semakin gagah. Pakaianmu sudah bersanding. Sepatumu mengkilat. Kamu semakin necis. Kamu semakin berwibawa.
Ia mengambarkan betapa sibuknya kami selama di kampung. Kamu menemui seluruh orang kampung. Tua muda. Siapa pun kamu datangi. Apa pun undangan yang datang untukmu, kamu akan datang pada hajatan tersebut. Katamu, wajib untuk memenuhi undangan, apalagi undangan saudara atau orang kampung sendiri.
Kamu tak hanya sekadar datang. Kamu juga membawa oleh-oleh. Kamu bagikan semuanya untuk orang-orang yang hadir pada undangan acara tersebut. Kamu kemudian juga membantu pembangunan pos ronda, balai pemuda, pembangunan surau, membuka jalan, memberikan bantuan bibit, membantu bertumpuk-tumpuk pupuk. Kamu hebat. Aku bangga padamu.