Zhilan Zhalila Berbagi di SMAN
Unggul Dharmasraya
Kualitas udara di Dharmasraya, Sabtu (21/9), buruk. Sekolah
diliburkan. Siswa SMA Negeri Unggul Dharmasraya (Smanud) yang menetap di
asrama, tetap beraktivitas. Mereka berlatih menulis bersama rekan sebayanya,
Zhilan Zhalila, penulis kumpulan cerpen Tasbih Untuk Papa, yang sehari-hari
siswa SMAN 3 Padang.
Proses berbaginya sangat sederhana. Semua siswa melantai. Ketika sesi
praktek menulis cerpen, ada yang menulis sambil tengkurap, “menulislah secara santai, cerpen ini harus tuntas dan bisa menembus
media,” kata beberapa siswa bersemangat.
Semangat itu membuat Mulyadi, M.Pd, Pengawas di Dinas Pendidikan
Provinsi Sumbar, dan Kepala SMA Negeri Unggul Dharmasraya Saliyono M.Pd
bersemangat pula mendampingi peserta, “ya, targetnya harus tinggi!” katanya
sembari mendatangi peserta satu persatu bersama Zhilan Zhalila yang juga
penulis binaan Bengkel Literasi Rakyat Sumbar.
“Paksa media untuk memuat karya kalian,” kata Mulyadi, pemegang gelar
Juara I Best Practice tingkat Nasional, 2019.
Kata paksa yang dilontarkan sang pengawas berprestasi nasional
tersebut berkonotasi positif. Ia memotivasi siswa menghasilkan karya yang baik,
bagus dan layak muat. Apalagi, katanya membeberkan, pelatihan diformat
sedemikian rupa dalam bentuk berbagi.
“Pematerinya, teman sebaya dan praktisi,” kata Nenri Gusni, Ketua
Panitia Gema Literasi Smanud yang juga Wakil Kepala Sekolah di SMA Negeri
Unggul Dharmasraya.
Pelatihan menulis untuk siswa menghadirkan Zhilan Zhalila dan Firdaus
Abie, General Manager Harian Umum Rakyat Sumbar yang juga penulis cerpen dan
penulis sejumlah buku. Keduanya menularkan kiat-kiat praktis menulis.
Siswa dibekali pemahaman bahwa menulis tidak sesulit yang dibayangkan.
Menulis tidak harus punya bakat terlebih dahulu. Tidak harus terpaku pada
banyak aturan dan batasan. Tulis saja apa yang hendak ditulis.
“Jangan takut gagal, apalagi sampai membayangkan tulisannya buruk.
Jika diawal sudah disertai ketakutan, dikuatirkan tidak akan pernah ada karya
yang dihasilkan,” kata Zhilan.
Sesi berbagi dilanjutkan dengan praktek menulis. Semua peserta diminta
untuk menulis cerpen. Selesai menulis, sejumlah naskah dibacakan oleh
penulisnya, lalu dimintai pendapat peserta. Proses tersebut berlangsung
menarik. Banyak yang memberik,an kritik dan saran terhadap naskah tersebut, di
sisi lain penulisnya mempertahankan materinya dari “serangan” peserta lain.
Kepala SMA Negeri Unggul Dharmasraya Saliyono M.Pd mengungkapkan,
pelatihan tersebut bagian dari upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis
kepada siswanya. Saatnya siswa dibekali kemampuan khusus untuk memantapkan
langkah mereka ke depan.
“Kelak akan hadir penulis-penulis hebat dari sekolah kami,” katanya
optimis.
Usai membuka Gema Literasi SMA Negeri Unggul Dharmasraya, mengangkat
tema Cerdas Berliterasi Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0, Mulyadi, M.Pd
melanjutkan pembekalan kepada guru dalam bentuk IHT Pembelajaran Abad 21
Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Menurut Mulyadi, tuntutan guru abad 21 semakin besar. Revolusi
Industri 4.0 menuntut kesiapan dari segala sisi. Perubahan pada peserta didik
harus diikuti dengan peningkatan kualitas tenaga pendidik. *